Senin, 24 Mei 2010

Penemuan Kapal Nabi Nuh


Sekelompok komunitas Kristen China mengumumkan penemuan bahtera Nabi Nuh di ketinggian 4.000 meter di Gunung Ararat, Turki.

Tim peneliti yang tergabung 'Noah's Ark Ministries International' tersebut yakin 99,9 persen bahwa apa yang mereka temukan adalah kapal yang menurut kitab suci beberapa agama dibangun oleh Nabi Nuh sebelum bencana banjir bandang mahadahsyat mengapus ras umat manusia berdosa.

Fox News, Jumat 30 April 2010, menyebutkan, penemuan di Gunung Ararat di Turki tersebut bisa jadi memang benar kapal Nabi Nuh, tapi bisa juga salah.

Kalaupun tidak terbukti bahwa itu adalah kapal Nabi Nuh, mereka yang percaya tidak akan berhenti mencari di tempat lain.

Beberapa orang berpendapat bahwa kayu kapal yang diambil gambarnya tidak cukup kuno, tidak ada gambar lokasi untuk memverifikasi situs itu, tidak ada pakar independen yang melihat data tersebut, dan tidak ada bukti bahwa di Bumi pernah terjadi banjir dahsyat.

Orang-orang yang paling tidak percaya pada penemuan tersebut justru para pakar kitab suci yang juga memiliki keyakinan bahwa bahtera Nuh memang eksis dan bisa ditemukan, tetapi tidak percaya dengan penemuan tim peneliti China.

Dr. John Morris, arkeolog kawakan Institute for Creation Research, bahkan menuding penemuan tersebut sebagai sebuah kebohongan. Morris telah memimpin 13 ekspedisi ke Gunung Ararat untuk mencari kapal yang disebut dalam kitab suci. Dia mengetahui dengan pasti lokasi di Ararat, dan menyebut penemuan para peneliti China tersebut merupakan penipuan.

Dr. Randall Price, kepala Studi Yudaisme di Liberty University, Virginia, Amerika Serikat, dua tahun lalu pernah menjadi anggota tim Noah's Ark Ministries International. Dia keluar dari proyek tersebut karena merasa ada pihak tertentu yang mengambil keuntungan dari proyek dengan menjadikan proses pencarian bahtera Nuh sebagai industri pariwisata.

Morris dan Price dikontak oleh tim China untuk ikut serta dalam konferensi pers untuk mengumumkan penemuan mereka beberapa hari lalu. Namun, Morris dan Price menolak dengan alasan, terlalu sedikit bukti yang diperoleh. Profesor Porcher Taylor dari University of Richmond juga yakin itu bukan bahtera Nuh yang sebenarnya. "Mereka menggali di lokasi yang salah di Gunung Ararat," kata Taylor.

Menurut Taylor, gambar satelit dari sebuah wilayah sekitar setengah mil jauhnya dari lokasi tim China menemukan kapal, menunjukkan sebuah kawasan yang disebut "anomali Ararat", sebuah wilayah yang membangkitkan minat komunitas intelijen AS selama bertahun-tahun. "Bila sisa-sia kapal Nuh memang di Gunung Ararat, satu-satunya lokasi yang paling logis adalah di anomali Ararat, dan bukan di lokasi di mana pengakuan sensasional itu dikeluarkan oleh kelompok itu," kata Taylor.

Bagaimanapun juga, para arkeolog tersebut yakin bahwa banjir bandang pernah menerjang Bumi dan bahwa bangkai kapal Nabi Nuh ada di Gunung Ararat, meski di lokasi berbeda dengan yang ditemukan tim China. Apapun itu, Morris, Price, Taylor, dan banyak ahli lain, tetap kembali ke Gunung Ararat dengan harapan akan menemukan sesuatu yang mereka percayai. (umi)

Lokasi Penemuan Candi di UII Mulai Digali

 
Yogyakarta - Sebuah candi yang diperkirakan berasal dari abad IX ditemukan di lokasi pembangunan perpustakaan Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Saat ini, lokasi penemuan benda bersejarah itu mulai digali tim peneliti Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta.

Penggalian dimulai sekitar pukul 09.30 WIB, Selasa (15/12/2009). Proses penggalian diawasi langsung tim yang beranggotakan tim BP3 Yogyakarta, Tri Hartono, Andi Riana, Sukemi dan edi Prasetyo. Penggalian menggunakan alat berat (back hoe). Tanah di bagian atas hingga kedalaman 2 meter digali. Batu candi diketemukan pada kedalaman sekitar 2,75 meter.

Saat digali ditemukan beberapa keping batuan yang merupakan bagian atas sebuah bangunan candi. Petugas dari BP3 Yogyakarta mengamankan sedikitnya 11 batuan untuk diteliti kembali. Sebanyak 11 buah batuan candi yang dibawa ke atas permukaan tanah itu berbentuk ornamen dengan motif bunga ceplok.

"Penggunaan back hoe ini untuk memudahkan tim ekskavasi saat melakukan penggalian secara manual," kata Ketua pokja dari BP3 Yogyakarta Andi Riana di sela-sela ekskavasi di kampus UII di Jalan Kaliurang Km 14,5, Sleman.

Menurut Riana, struktur tanah di lokasi tersebut sebagian besar adalah tanah lapisan vulkanik Gunung Merapi berupa pasir. Lubang bekas galian fondasi gedung yang ditemukan batuan candi adalah yang pertama kali digali dengan hati-hati di bawah pengawasan tim arkeologi.

"Hari Senin mendatang baru kita lakukan penggalian manual. Penggalian bisa memakan waktu hingga 10 hari untuk memastikan fungsi bangunan candi yang ditemukan," katanya.

Selain penggalian di lokasi penemuan kata dia, tim juga akan melakukan penelitian lepas yakni untuk mencari temuan lepas di sekitar lokasi. Penelitian lepas ini bisa dilakukan dengan radius 1 kilometer dari lokasi penggalian.

"Ini untuk mengetahui apakah di sekitar tempat ini pernah ditemukan arca, lingga atau yoni. Semua akan kita teliti dan dulu memang pernah ada temuan arca tidak jauh dari tempat ini. Atau kita bisa melakukan penelitian toponim dengan meneliti nama-nama wilayah di sekitar," pungkas Riana.

Lokasi Penemuan Candi di UII Mulai Digali


Yogyakarta - Sebuah candi yang diperkirakan berasal dari abad IX ditemukan di lokasi pembangunan perpustakaan Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Saat ini, lokasi penemuan benda bersejarah itu mulai digali tim peneliti Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta.

Penggalian dimulai sekitar pukul 09.30 WIB, Selasa (15/12/2009). Proses penggalian diawasi langsung tim yang beranggotakan tim BP3 Yogyakarta, Tri Hartono, Andi Riana, Sukemi dan edi Prasetyo. Penggalian menggunakan alat berat (back hoe). Tanah di bagian atas hingga kedalaman 2 meter digali. Batu candi diketemukan pada kedalaman sekitar 2,75 meter.

Saat digali ditemukan beberapa keping batuan yang merupakan bagian atas sebuah bangunan candi. Petugas dari BP3 Yogyakarta mengamankan sedikitnya 11 batuan untuk diteliti kembali. Sebanyak 11 buah batuan candi yang dibawa ke atas permukaan tanah itu berbentuk ornamen dengan motif bunga ceplok.

"Penggunaan back hoe ini untuk memudahkan tim ekskavasi saat melakukan penggalian secara manual," kata Ketua pokja dari BP3 Yogyakarta Andi Riana di sela-sela ekskavasi di kampus UII di Jalan Kaliurang Km 14,5, Sleman.

Menurut Riana, struktur tanah di lokasi tersebut sebagian besar adalah tanah lapisan vulkanik Gunung Merapi berupa pasir. Lubang bekas galian fondasi gedung yang ditemukan batuan candi adalah yang pertama kali digali dengan hati-hati di bawah pengawasan tim arkeologi.

"Hari Senin mendatang baru kita lakukan penggalian manual. Penggalian bisa memakan waktu hingga 10 hari untuk memastikan fungsi bangunan candi yang ditemukan," katanya.

Selain penggalian di lokasi penemuan kata dia, tim juga akan melakukan penelitian lepas yakni untuk mencari temuan lepas di sekitar lokasi. Penelitian lepas ini bisa dilakukan dengan radius 1 kilometer dari lokasi penggalian.

"Ini untuk mengetahui apakah di sekitar tempat ini pernah ditemukan arca, lingga atau yoni. Semua akan kita teliti dan dulu memang pernah ada temuan arca tidak jauh dari tempat ini. Atau kita bisa melakukan penelitian toponim dengan meneliti nama-nama wilayah di sekitar," pungkas Riana.
(bgs/djo)